Category: Informasi Berkala

 

Informasi Berkala

Informasi yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala

  • Informasi Tentang Profil Badan Publik
  • Profil BPBD Jateng
  • Profil Singkat Pimpinan Dan Pejabat
  • Struktur Organisasi BPBD
  • Anggaran BPBD Jateng —> 2014 – 2017
  • Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran
  • Tugas dan Fungsi
  • Rencana Strategis —> 2013 – 2018
  • Sumber Daya Yang Dimiliki
  • LHKPN

Ringkasan Program dan Kegiatan

  • Nama Program dan Kegiatan —> 2016 – 2017
  • Penanggung Jawab/Pelaksana Program
  • Jadwal Kegiatan/Program —> 2016 – 2017
  • Target Capaian Atau Penyerapan —> 2016 – 2017
  • Sumber Dan Besaran Anggaran —> 2016 – 2017

Hasil Pelaksanaan Program dan Kegiatan

  • LKIJP —> 2014 – 2016
  • Agenda Terkait Pelaksanaan Tugas OPD
  • Pengumuman Barang Jasa
  • Laporan Akhir
  • Realisasi Kegiatan Triwulan I

Ringkasan Laporan Keuangan

  • Realisasi Anggaran —> 2015 – 2016
  • Neraca —> 2014 – 2016
  • Aset —> 2014 – 2016
  • CALK —> 2015 – 2016
  • DPA —> 2016 – 2017
  • RKA —> 2016 – 2017
  • Anggaran Keuangan Lainnya (RFK)

Informasi Mengenai Laporan Akses Informasi OPD

  • Informasi Mengenai Hak Memperoleh Informasi di OPD
  • Mengumumkan Tata Cara Memperoleh Informasi Publik
  • Mengumumkan Tata Cara Mengajukan Keberatan Atas Permohonan Informasi Publik
  • Mengumumkan Upaya Atas Tidak Ditanggapi/Tidak Puas Jawaban Keberatan Terhadap Permohonan Informasi Publik (Auto Download)
  • Menyediakan Form Permohonan Dan Keberatan

Informasi Mengenai Laporan Tata Cara Pengaduan Penyalahgunaan Atau Pelanggaran di OPD

  • Mengumumkan Alur/Skema Pengaduan (Tata Cara)
  • Menyediakan Form/Lembar Isian Pengaduan
  • Mengumumkan Kontak Pengaduan Ke Pejabat Yang Berwenang Menerima Pengaduan Penyalahgunaan Wewenang
  • Mengumumkan Hasil Penanganan Pengaduan

 

FGD Penyusunan Renkon Erupsi Merapi

Pascabencana erupsi Merapi pada 2010 silam, kondisi morfologi Gunung Merapi mengalami perubahan. Diprediksi dampak bencana mengarah ke wilayah Klaten bila terjadi erupsi kembali. Prediksi tersebut muncul setelah terbentuknya kawah yang membuka ke arah tenggara-selatan. Staf ahli geologi Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan dan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Dewi Sri mengatakan kondisi ini membawa implikasi pada ancaman erupsi ke depan akan lebih dominan ke arah selatan atau wilayah Klaten. “Skenarionya erupsi mengarah ke Kali Gendol (di wilayah Kabupaten Sleman, DIY) berbelok ke Kali Woro (Kabupaten Klaten,” paparnya dalam Forum Group Discussion (FGD) Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana Erupsi Gunung Merapi di Hotel Galuh, Prambanan, Rabu (19/4/2017).

Menurutnya arah erupsi Merapi sangat dipengaruhi bukaan kawah. Mulai 2006, bukaan kawah mengarah ke selatan-tenggara atau wilayah Sleman dan Klaten. Hal ini terjadi lantaran runtuhnya Geger Boyo. “Selain itu, pasca2010 tercatat terjadi enam kali erupsi eksplosif yang mengakibatkan retakan pada kubah Merapi,” katanya. Saat ini, kata Dewi, kondisi Merapi masih berstatus aktif normal. Meski demikian, pihaknya meminta pemerintah daerah selalu waspada. BPBD Provinsi Jateng memfasilitasi penyusunan Renkon Erupsi Merapi yg saat ini baru sampai tahapan FGD di 3 Kabupaten Magelang, Klaten, Boyolali pd tgl 19-20 april 2017. Tahapan selanjutnya akan dilakukan Workshop Finalisasi tingkat Provinsi yg rencananya akan dilaksanakan tgl 27-28 April 2017.


Koordinasi dan Konsultasi Skenario Renkon Merapi

Tahapan koordinasi dan konsultasi skenario renkon Merapi berikutnya setelah sosialisasi adalah pengumpulan dan dan informasi di BPPTKG Yogya, lembaga yang mempunyai kewenangan tentang data dan informasi Gunung Merapi.  Untuk menyusun Renkon Bencana Erupsi Gunung Merapi diperlukan data dan informasi yang valid tentang sejarah dan prilaku Gunung Merapi. Data-data dan informasi ttg Merapi sbg dasar pembuatan skenario penyusunan renkon.

Skenario disusun serealistis mungkin dan antisipatif. Konsultasi dan pengumpulan informasi dalam penyusunan Skenario erupsi merapi dilakukan oleh Tim Fasilitator Penyusunan Renkon pada hr selasa tanggal 18 April 2017. Terlampir foto dokumentasi Pada hari rabu dan kamis tgl 19-20 April dilakukan tahapan berikutnya berupa FGD di Kabupaten Boyolali, Klaten dan Magelang. FGD ini dimaksudkan utk mengupdate renkon yg sdh ada di masing-masing Kabupaten.

Rakor Persiapan “Hari Kesiapsiagaan Nasional” (HKBN)

BPBD Prov Jateng telah melaksanakan kegiatan Rakor Persiapan “Hari Kesiapsiagaan Nasional” (HKBN) pd Kamis tgl 13 April 2017 di Hotel Indah Palace Solo. Rakor dihadiri oleh Wakil Gubernur Jateng, Walikota Surakarta, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB. HKBN dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 26 April 2017 jam 10.00-12.00 WIB. Kegiatan HKBN dilatarbelakangi dari pengalaman beberapa negara maju yang rawan bencana seperti Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, dan beberapa negara di Eropa, bahwa secara umum, kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan telah tumbuh serta berkembang melalui pelatihan secara teratur.

Latihan Kesiapsiagaan Bencana: Siap, untuk Selamat! Hasil survei di Jepang, pada kejadian gempa Great Hanshin Awaji 1995, menunjukkan bahwa presentase korban selamat disebabkan oleh Diri Sendiri sebesar 35%, Anggota Keluarga 31,9 %, Teman/Tetangga 28,1%, Orang Lewat 2,60%, Tim SAR 1,70 %, dan lain-Lain 0,90%. Berdasarkan ilustrasi tersebut, sangat jelas bahwa faktor yang paling menentukan adalah penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh “diri sendiri” untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman risiko bencana. Kemudian, diikuti oleh faktor bantuan anggota keluarga, teman, bantuan Tim Sar, dan di sekelilingnya. Maka, edukasi untuk meningkatkan pemahaman risiko berdesain tema Latihan Kesiapsiagaan Bencana Siap, Untuk Selamat! merupakan pesan utama bersama yang akan didorong dalam proses penyadaran (awareness) dalam peningkatan kemampuan diri sendiri.

Proses penyadaran tersebut berguna agar setiap orang dapat memahami risiko, mampu mengelola ancaman dan, pada gilirannya, berkontribusi dalam mendorong ketangguhan masyarakat dari ancaman bahaya bencana. Di samping itu, kohesi sosial, gotong royong, dan saling percaya merupakan nilai perekat modal sosial yang telah teruji dan terus dipupuk, baik kemampuan perorangan dan masyarakat secara kolektif, untuk mempersiapkan, merespon, dan bangkit dari keterpurukan akibat bencana. Sebagai suatu proses ketahanan sosial dan budaya sadar bencana dalam jangka panjang, ketangguhan masyarakat (Bene et al, 2012) menyasar tiga elemen ketangguhan, yaitu: kapasitas meredam ancaman (absorptive) yang menghasilkan persistensi, kemampuan beradaptasi (adoptive) yang menghasilkan penyesuaian perlahan dan berjangka panjang, dan kapasitas bertransformasi (transformative) yang menghasilkan respon-respon transformasional. Salah satu upaya mendasar untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran menumbuhkan budaya siaga adalah melalui latihan kesiapsiagaan. Jenis-jenis latihan kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain

  1. Aktivasi Sirine Peringatan Dini,
  2. Latihan Evakuasi Mandiri di Sekolah/Madrasah, Rumah Sakit Siaga Bencana, gedung bertingkat, dan pemukiman.
  3. Uji Terap Tempat Pengungsian Sementara/Akhir se Indonesia. Latihan kesiapsiagaan yang dilaksanakan secara khusus, juga melibatkan kelompok rentan, seperti anak-anak, kaum lansia dan tunawisma (homeless), para penyandang disabilitas dan orang berkebutuhan khusus.

Tanggal 26 April 2017, dipilih sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional dalam rangka memperingati 10 tahun lahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana No. 24 tahun 2007. Undang-undang ini sangat penting karena mengubah cara pandang menyikapi bencana yang semula respon menuju paradigma pengurangan risiko bencana.

DOKUMENTASI :


Skip to content