Grobogan Terendam! Gubernur Turun Tangan

Banjir yang melanda Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sejak Sabtu (8/3/2025) pukul 12.30 WIB akibat hujan deras dengan intensitas tinggi hingga hari ini belum surut. Kondisi diperparah dengan jebolnya tanggul di dua titik, yakni Sungai Tuntang di Desa Baturagung, Kecamatan Gubug, sepanjang sekitar 50 meter dan Sungai Klitih di Desa Sukorejo, Kecamatan Tegowanu, sepanjang sekitar 5 meter. Akibatnya, enam kecamatan dengan total 28 desa terdampak banjir dengan ketinggian air bervariasi antara 10 hingga 100 cm.
Banjir ini berdampak pada 4.424 KK. Sebanyak 1.089 rumah warga terendam air, sementara 1.367 jiwa terpaksa mengungsi ke beberapa titik, di antaranya GKJ Kopantan Ringinpitu dan Baitul Makmur Ringinkidul.
Selain itu, 145 KK yang berada di Dusun Mintreng RT 01-03 masih terisolir akibat tingginya genangan air dan akses jalan yang terputus. Tidak hanya permukiman, banjir juga merendam 526 hektare lahan persawahan dan merusak infrastruktur, termasuk jalan penghubung antara Dusun Planjaran dan Dusun Mintreng di Desa Baturagung yang terputus sepanjang 50 meter.
Sebagai respons terhadap bencana ini, BPBD Jawa Tengah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Grobogan untuk melakukan berbagai upaya penanganan, seperti kaji cepat dampak bencana, evakuasi warga, serta distribusi logistik dan makanan siap saji.
Pemerintah Kabupaten Grobogan telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir selama 14 hari. Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, turut mengunjungi lokasi terdampak dan menginstruksikan penutupan tiga titik tanggul yang jebol untuk mencegah banjir semakin meluas.
Dalam proses penanganan darurat ini, sebanyak enam alat berat dari BBWS Pemali Juwana telah dikerahkan, terdiri dari empat ekskavator dan dua buldozer. Sumber daya personel dari BPBD Rembang, Blora, Demak, dan Pati juga telah dikirim untuk membantu proses evakuasi dan penanganan tanggul.
Saat ini, proses perbaikan tanggul Sungai Tuntang masih berlangsung, dengan fokus pada penimbunan material tanah dan rencana penutupan aliran air. Upaya ini dilakukan secara estafet dengan menyalurkan material tanah dan jumbo bag ke lokasi sodetan, serta kemungkinan pemasangan sesek bambu dan glugu. Namun, arus air yang deras menjadi kendala utama dalam perbaikan tanggul. Hingga saat ini, beberapa wilayah masih tergenang banjir, termasuk rumah warga dan lahan pertanian yang terendam air.
Dalam situasi darurat ini, kebutuhan mendesak yang sangat diperlukan meliputi alat berat tambahan serta logistik pangan dan non-pangan bagi warga terdampak. Pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama bagi warga di daerah rawan banjir, dan mengikuti arahan petugas untuk memastikan keselamatan bersama.

